Global24Cyber.com, MUARA TEMBESI, JAMBI 18 November 2025 – Pelayanan publik di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari, Jambi, mengalami kelumpuhan operasional kritis yang berlangsung selama kurang lebih satu jam penuh. Gangguan ini secara aneh hanya terjadi pada sistem pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bersubsidi, sementara BBM non-subsidi seperti Pertamax tetap berjalan normal
Insiden ini terjadi pada jam sibuk, menimbulkan kerugian waktu signifikan bagi masyarakat yang hendak berangkat bekerja dan ngantor. Awak media Tipikor News yang berada di lokasi berhasil mengumpulkan fakta rinci, menajamkan dugaan, dan menuntut pertanggung jawaban
Rincian Akurasi: Sinyal Error di Tengah Stok BBM Aman
Menurut pengakuan operator dan manajer SPBU Muara Tembesi, gangguan ini disebabkan oleh masalah sinyal atau jaringan yang menghubungkan perangkat pengisian dengan sistem digitalisasi subsidi (diduga sistem QR Code Pertamina).
Pola Gangguan: Gangguan terjadi spesifik pada layanan Pertalite dan Solar (BBM Bersubsidi).
Durasi: Gangguan melumpuhkan layanan selama 60 menit, menciptakan antrean panjang dan kekecewaan.
Fakta Kunci: Setelah pemeriksaan di lokasi, dipastikan bahwa stok fisik BBM bersubsidi tersedia di bak penampungan. Hal ini menepis dugaan adanya “permainan curang” pengelola SPBU yang sengaja menahan pasokan, namun menggeser fokus masalah ke ranah kegagalan infrastruktur digital.
Analisis Tajam: Konsumen Jadi Korban Kegagalan Sistem
Gangguan yang berulang dan berlangsung lama (satu jam) menunjukkan adanya kelemahan fundamental dalam sistem pelayanan. Salah seorang konsumen yang harusnya berangkat bekerja mengeluhkan situasi ini:
“Kami sudah sering dengar alasannya sinyal error. Tapi kenapa cuma subsidi? Kalau Pertamax lancar, berarti infrastruktur dasar ada. Ini menunjukkan sistem digitalisasi subsidi yang dibuat Pertamina itu tidak tangguh dan tidak siap. Kami dirugikan waktu dan BBM subsidi kami seperti disandera oleh teknologi,” ujar konsumen yang enggan disebut namanya.
Manajer SPBU membenarkan bahwa masalah ini sudah sering terjadi dan berada di luar kendali operasional mereka. Mereka mengklaim telah berulang kali melaporkan masalah jaringan tersebut kepada pihak terkait.
Tiga Pihak Wajib Bertanggung Jawab
Laporan ini menuntut tanggung jawab berimbang dari tiga pihak utama atas kerugian publik akibat kelumpuhan 1 jam tersebut:
1. PT Pertamina (Persero) – Penanggung Jawab Sistem: Pihak yang bertanggung jawab atas keandalan teknologi dan sistem digitalisasi. Pertamina wajib menyediakan sistem back-up offline yang cepat dan andal, yang terbukti gagal diterapkan saat insiden ini.
2. Manajemen SPBU – Penanggung Jawab Pelayanan: Meskipun masalahnya sinyal, pihak pengelola harus memiliki prosedur mitigasi risiko yang cepat (misalnya, transaksi manual dengan pencatatan ketat) untuk memastikan pelayanan tetap berjalan maksimal, bukan berhenti total selama satu jam.
3. Penyedia Jaringan/Sinyal (Telco Provider): Pihak yang bertanggung jawab atas kualitas konektivitas internet. Perlu ada audit ketat mengenai Service Level Agreement (SLA) di area SPBU kritis seperti Muara Tembesi.
Insiden di Muara Tembesi ini memperkuat fakta bahwa kegagalan sinyal pada sistem BBM bersubsidi adalah isu yang bersifat nasional. Jika pemerintah serius dalam menjalankan program subsidi tepat sasaran, maka infrastruktur jaringan, sistem back-up, dan kecepatan respons perbaikan harus menjadi prioritas utama. Kegagalan ini menunjukkan bahwa implementasi program subsidi yang berbasis teknologi belum merata dan masih jauh dari kata ideal.
(*)

Posting Komentar